Translate

Sabtu, 26 September 2015

Manfaat Dimensi Shalat dalam Sendi Kehidupan Manusia - KokoLinds.Com


Secara etimologi, kata sholat menurut para pakar bahasa adalah bermakna doa. Shalat dengan makna doa tersirat di dalam salah satu ayat al-Qur;an: “Dan shalatlah (mendo’alah) untuk mereka. Sesungguhnya shalat (do’a) kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(QS. At-Taubah: 103)

Dalam ayat ini, shalat yang dimaksud sama sekalibukan dalam makna kewajiban mendirikan  shalat yang lima waktu, melainkan dalam makna bahasanya secara asli yaitu berdoa. Shalat diartikan dengan doa, karena pada hakikatnya shalat adalah suatu hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya hamba, apabila ia berdiri untuk melaksanakan shalat, tidak lain ia berbisik pada Tuhannya. Maka hendaklah masing-masing di antara kalian memperhatikan kepada siapa dia berbisik”.
Adapun secara terminologi, shalat adalah sebuah ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan gerakan yang sudah ditentukan aturannya yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Lebih jauh, definisi ini merupakan hasil rumusan dari apa yang disabdakan Nabi SAW:“Shalatlah kalian, sebagaimana kalian melihat aku shalat”. Dengan demikian, dasar pelaksanaan shalat adalah shalat sebagaimana yang sudah dicontohkan Nabi SAW mulai bacaan hingga berbagai gerakan di dalamnya, sehingga tidak ada modifikasi dan inovasi dalam praktik shalat.
Ada banyak sekali perintah untuk menegakkan shalat di dalam Al-Quran. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran dengan lafaz “Aqiimush-shalata” (Dirikanlah Shalat) dengan khithab kepada orang banyak, yaitu pada surat: Al-Baqarah ayat 43, 83 dan110, An-Nisa ayat 177 dan 103, Al-An`am ayat 72, Yunus ayat 87, Al-Hajj: 78, An-Nuur ayat 56, Luqman ayat 31, Al-Mujadalah ayat 13, dan Al-Muzzammil ayat 20. Juga,ada 5 perintah shalat dengan lafaz “Aqimish-shalata” (Dirikanlah shalat) dengan khithab hanya kepada satu orang, yaitu pada Surat: Huud ayat 114, Al-Isra` ayat 78, Thaha ayat 14, Al-Ankabut ayat 45, dan Luqman ayat 17.
Dalam Islam, shalat menempati posisi vital dan strategis. Ia merupakan salah satu rukun Islam yang menjadi pembatas apakah seseorang itu mukmin atau kafir. Nabi SAW bersabda: “Perjanjian yang mengikat antara kami dan mereka adalah mendirikan shalat. Siapa yang meninggalkannya, maka sungguh dia telah kafir”(H.R Muslim)
Sedemikian vitalnya shalat, maka ibadah shalat dalam Islam tidak bisa diganti atau diwakilkan. Dia wajib bagi setiap muslim laki-laki dan wanita dalam kondisi apapun: baik dalam kondisi aman, takut, dalam keadaan sehat dan sakit, dalam keadaan bermukim dan musafir. Oleh karena itu, pelaksanaan shalat bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada keadaan pelakunya; kalau tidak bisa berdiri boleh duduk, kalau tidak bisa duduk boleh berbaring, dan seterusnya.
Maka dari itu, shalat merupakan faktor terpenting yang menyangga tegaknya agama Islam. Sehingga, sudah sepatutnya, umat Islam memahami maknanya dan mengetahui manfaat dimensi shalat dalam kehidupan manusia, khususnya dimensi rohani, soasial, dan medis shalat.
Namun, sikap yang pertama kali harus ditunjukkan adalah bahwa kita wajib menjadikan shalat sebagai suatu ibadah dulu. Kemudian setelah itu, baru mengetahui manfaatnya dalam sendi kehidupan kita.

A. Dimensi rohani shalat
Allah SWT berfirman di dalam al-Qur’an: "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku."(Qs. Thaha: 14). "(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tenang." (Qs. Ar-Ra’du: 28)
Dua ayat di atas mengisyaratkan kepada kita, bahwa soal ketenangan jiwa adalah janji Allah yang sudah pasti akan diberikan kepada orang yang shalat. Hati bisa tenang bila mengingat dan dzikir kepada Allah, sedang sarana berdzikir yang paling efektif adalah shalat. Tentu bukan sembarang shalat. Sebagaimana dalam ayat di atas, perintah Allah adalah tegakkan, bukan laksanakan.
Mendirikan shalat beda dengan sekadar melaksanakan. Mendirikan shalat punya kesan adanya suatu perjuangan, keseriuasan, kedisiplinan, dan konsentrasi tingkat tinggi. Jika sekadar melaksanakan, tak perlu susah payah, cukup santai asal terlaksana. Itulah sebabnya Allah memilih kata perintah “aqim” yang berarti dirikan, tegakkan, luruskan.
Maka, kualitas shalat seseorang diukur dari tingkat kekhusyu’annya, yaitu hadirnya hati dalam setiap aktifitas shalat. Dalam hal ini Imam al-Ghazali menyebutkan enam makna batin yang dapat menyempurnakan makna shalat, yaitu: kehadiran hati, kefahahaman akan bacaan shalat, mengagungkan Allah, “haibah” (segan), berharap, dan merasa malu.
Shalat dapat di sebut sebagai dzikir, manakala orang yang shalatnya itu menyadari sepenuhnya apa yang dilakukan dan apa yang diucapkan dalam shalatnya. Dengan kata lain dia tidak dilalakani oleh hal-hal yang membuat shalatnya tidak efektif dan komunikatif. Dalam hadist riwayat Abu Hurairah di sebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Berapa banyak orang yang melaksanakan shalat, keuntungan yang diperoleh dari shalatnya, hanyalah capai dan payah saja." (HR. Ibnu Majah).
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa yang lebih penting dan utama dalam shalat itu bukan gerakan fisik, akan tetapi gerakan batin. Gerakan fisik bisa diganti atau ditiadakan jika memang tidak mampu. Tapi dzikir kepada Allah tetap harus berjalan, kapanpun dan bagaimanapun juga. Seorang yang tidak mampu berdiri karena sakit, bisa mengganti gerakan berdirinya dengan hanya duduk, mengganti gerakan ruku’nya dengan isyarat sedikit membungkuk. Demikian juga sujudnya. Tidak bisa berdiri diperbolehkan duduk. Tidak bisa duduk dengan berbaring dan sebagainya.Sedangkan gerakan batin tidak bisa di ganti. Ini yang mutlak harus ada. Tanpa kehadiran hati, shalat hanya merupakan gerakan tanpa arti.
Itulah sebabnya Allah SWT memberi ancaman yang cukup keras kepada kita, dengan kata yang amat pedas, "Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang lalai dalam shalatnya." (Qs. al-Maa’uun: 4-5)
Jadi, janji-janji Allah SWT kepada orang yang shalat, seperti: ketenangan batin, ketentraman hati dan apalagi pahala tidak serta merta diberikan Allah begitu saja. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Bagi yang lalai dalam shalatnya bukan saja tidak bakal mendapatkan janji-janji tadi, malah ada ancaman keras dari Allah SWT.
B. Dimensi sosial shalat
Allah SWT berfirman: “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Ankabuut:45)
Dengan jelas ayat di atas mengisyaratkan bahwa salah satu pencapaian yang dituju oleh adanya kewajiban shalat adalah bahwa pelakunya menjadi tercegah dari kemungkinan berbuat jahat dan keji. Ini mengindikasikan bahwa shalat merupakan salah satu rukun Islam yang mendasaar dan pijakan utama dalam mewujudkan sistem sosial Islam. Kemalasan dan keengganan melaksanakan salat disamping sebagai tanda-tanda kemunafikan, dan semakin lunturnya imannya seseorang, dalam skala besar merupakan tahapan awal kehancuran komunitas muslim. Karena secara empirik shalat merupakan faktor utama dalam proses penyatuan dan pembangunan kembali kekuatan-kekuatan komunitas muslim yang sebelumnya rusak dan terpencar-pencar sebagai akibat melalaikan mendirikan salat.
Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: "Sholat adalah tiang agama, barang siapa menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama, dan barang siapa merobohkannya, maka ia telah merobohkan agama." (HR. Imam Baihaqi). Hal ini mengindikasikan bahwa kekokohan sendi-sendi soasial masyarakat muslim akan sangat tergantung kepada sejauh mana mereka menegakkan shalat yang sebenar-benarnya. Apabila hal ini tidak menjadi prioritas utamanya, maka kekeroposan sendi-sendi sosial kemasyarakatan akan menghinggapinya, yang berlanjut kepada kehancuran umat Islam itu sendiri. Karena suatu bangunan itu kuat, ketika tiangnya kokoh.
Shalat diakhiri dengan salam, hal ini mengindikasikan bahwa setelah seorang hamba melakukan hubungan (komunikasi) yang baik dengan Allah, maka diharapkan hubungan yang baik tersebut juga berdampak pada hubungan yang baik kepada sesama manusia. Dengan kata lain, jika seorang hamba dengan penuh kekhusyu’an dan kesungguhan menghayati kehadiran Tuhan pada waktu shalat, maka diharapkan bahwa penghayatan akan kehadiran Tuhan itu akan mempunyai dampak positif pada tingkah laku dan pekertinyadalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini diwujudkan dengan jaminan melakukan apa saja yang dibenarkan syariah guna membantu saudara-saudaranya yang memang butuh bantuan. Yang kaya membantu yang miskin, yang kuasa membantu yang teraniaya, yang berilmu membantu yang masih belajar, supaya terjadi saling hubungan yang serasi dan harmonis, Orang yang salatnya baik, tidak akan pernah mengeluarkan ucapan dan atau perbuatan kepada sesamanya, yang maksudnya memang jelek.
Orang yang salatnya baik, akan bertindak santun dengan sahabatnya, tetangganya dan siapapun juga, akan menghormati tamunya dengan penuh perhatian, dan akan bertindak dan bertaaruf secara santun dengan saudaranya sesama manusia apalagi terhadap saudaranya seiman, dengan tanpa membedakan baju dan golongannya. Orang yang salatnya bagus bukan sekedar membekas hitam di keningnya, lebih dari itu adalah bagaimana mengimplementasikan kasih sayangnya kepada lingkungannya (rohmatun lilalamin).
Orang yang salatnya baik justru dituntut lebih banyak kiprahnya dalam kehidupan sosial. Keliru besar jika mereka yang shalat, hanya mengelompok, menyendiri dan mengexklusifkan diri seolah hidup dalam ruang hampa sosial, dan menafikan dan terkesan merendahkan pihak lain. Sungguh Allah membenci dan tidak menyukai orang-orang yang membanggakan dirinya, angkuh, sombong dan merasa paling baik, paling suci dibanding dengan yang lain. Intinya orang yang sholatnya baik adalah tercermin dalam amal salehnya di luar sholat.
C.  Dimensi medis shalat
Rasulullah SAW bersabda: “Bagaimana pendapatmu apabila seandainya di depan pintu salah seorang di antara kalian terdapat sungai, dimana ia mandi pada sungai tersebut setiap hari sebanyak lima kali, adakah daki yang akan tersisa pada badannya? Mereka menjawab: “Daki mereka tidak akan tersisa sedikitpun”. Rasulullah bersabda: “Demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapuskan dosa-dosa dengannya” (H.R Bukhari Muslim)
Sebuah riset di Amerika yang diadakan Medical Center di salah satu universitas di sana ‘Pyok’ – seperti dilansir situs ‘Laha’- menegaskan,bahwa shalat dapat memberikan kekuatan terhadap tingkat kekebalan tubuh orang-orang yang rajin melaksanakannya melawan berbagai penyakit, salah satunya penyakit kanker. Riset itu juga menegaskan, adanya manfaat rohani, jasmani dan akhlak yang besar bagi orang yang rajin shalat.
Riset itu mengungkapkan, tubuh orang-orang yang shalat jarang mengandung persentase tidak normal dari protein imun Antarlokin dibanding orang-orang yang tidak shalat. Itu adalah protein yang terkait dengan beragam jenis penyakit menua, di samping sebab lain yang mempengaruhi alat kekebalan tubuh seperti stres dan penyakit-penyakit akut.
Para peneliti ini meyakini bahwa secara umum ibadah dapat memperkuat tingkat kekebalan tubuh karena menyugesti seseorang untuk sabar, tahan terhadap berbagai cobaan dengan jiwa yang toleran dan ridha. Sekali pun cara kerja pengaruh hal ini masih belum begitu jelas bagi para ilmuan, akan tetapi cukup banyak bukti atas hal itu, yang sering disebut sebagai dominasi akal terhadap tubuh. Bisa jadi melalui hormon-hormon alami yang dikirim otak ke dalam tubuh di mana orang-orang yang rajin shalat memiliki alat kekebalan tubuh yang lebih aktif daripada mereka yang tidak melakukannya.
Di samping itu, ada beberapa hasil riset medis yang memfokuskan pada gerakan-gerakan shalat, misalnya: gerakan takbiratul ihram berhasiat melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Gerakan rukuk  bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. I’tidal yang merupakan variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Pada waktu sujud aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak dan posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak, maka aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Duduk yang terdiri dari dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir) yang perbedaannya terletak pada posisi telapak kaki juga memiliki manfaat medis, saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius, posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan, sedangklan duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens, jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Gerakan salam, berupa memutarkan kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal, bermanfaat sebagai relaksasi otot sekitar leher dan kepala untuk menyempurnakan aliran darah di kepala yang bisa mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.
Dari sini bisa di ambil konklusi, bahwa tidak terlalu sulit dipahami jika orang yang intens komunikasinya dengan Allah, melalui shalat yang khusyu’ sebagai sarananya, akan berhasil mencapai kemenangan dan keberhasilan di berbagai sendi kehidupan.
Sebab, pada saat shalat seorang hamba sedang ada dalam komunikasi langsung dengan sumber energi dan kekuatan, yaitu Allah SWT. Jika kita sudah dekat dengan sumber energi dan sumber kekuatan itu, maka dengan izin-Nya energi dan kekuatan itu akan mengalir ke dalam diri kita. Sehingga dari sana kemenangan dunia dan akhirat yang kita cita-citakan insyaallah bisa dicapai.
Wallahu a’lam bi as-Shawab.

Jumat, 25 September 2015

Manfaat Dan Hikmah Shalat dalam Sendi Kehidupan Manusia - KokoLinds.Com


Sholat merupakan salah satu bentuk pengabdian manusia kepada Allah SWT yang wajib dilakukan, sebagaimana ayat berikut ini :


Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. ( An Nisaa’ 103 )
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan." Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu[533] di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)." ( Al A’raaf  29 )



Setiap perintah pasti memiliki sebuah tujuan dan manfaat, pun juga dengan perintah sholat. Allah menurunkan perintah sholat pasti memiliki suatu tujuan dan manfaat bagi manusia. Untuk dapat memahaminya, maka harus dipahami secara utuh perintah tersebut, mulai arti sholat, latar belakang, tujuan sholat, unsur – unsur dalam sholat. Ketika manusia memahami perintah sholat secara utuh, maka manusia akan memahami sebuah manfaat atau hikmah dari perintah sholat tersebut. Hal ini sangat penting, karena dengan memahami hikmah atau manfaat sholat akan meningkatkan motivasi untuk melaksanakan perintah sholat dan beribadah dengan sepenuh hati kepada Allah SWT. Karena itu, disini akan dibahas mengenai hikmah dari sholat itu sendiri.


1.       Pengertian sholat sebagai ibadah kepada Allah SWT

a.       Pengertian sholat
Sholat merupakan suatu bentuk ibadah ritual yang diwajibkan oleh Allah kepada umat manusia di waktu – waktu yang telah ditetapkan, agar selalu mengingat Allah. Sebagaimana firman Allah,“ Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. “ ( QS : Huud 114 ). Dimana dengan gerakan – gerakan yang menunjukkan ketertundukkan, penghambaan kita kepada Allah, dengan mengangkat kedua tangan, ruku’, I’ tidal, sujud, duduk diantara dua sujud.

b.      Pengertian ibadah
'Ibadat berasal dari kata 'abd, artinya adalah "pelayan" dan “budak". Jadi 'ibadat berarti "penghambaah" dan "perbudakan". Bila seseorang yang menjadi budak dari orang lain, melayani tuan­nya sebagaimana halnya seorang budak, dan bersikap terhadap orang itu sebagaimana terhadap seorang tuan atau majikan, maka perbuatan seperti itu disebut penghambaan dan 'ibadat. Sehingga ibadah adalah menjadikan Allah sebagai tuhan dan manusia sebagai hamba, yang kapanpun, dimanapun selalu mengabdi kepada Allah sampai ajal menjemput, bukan kepada yang selainnya. Mengisi kehidupan ini dengan melaksanakan hukum dan aturan-aturan Allah dan menjalankan hidup yang sesuai dengan perintah-perintahNya. Ibadat juga tidak terbatas pada satu bentuk yang khas, dalam setiap perbuatan dan setiap bentuk pekerjaan di kehidupan kita ketika ditujukan untuk penghambaan diri kepada Allah, disebut ibadah. Baik dari sisi ritual maupun social kemasyarakatan kita.

c.       Kesimpulan
Dari pengartian di atas, dapat disimpulkan bahwasannya sholat merupakan salah satu dari bentuk pengabdian kita kepada Allah, salah satu dari system peribadatan manusia kepada Allah.  Shalat  mempersiapkan manusia untuk melaksanakan 'ibadat kepada Allah, yakni penghambaan dan kepatuhan kepada Nya. Sehingga dalam kehidupannya dapat termotivasi untuk selalu melaksanakan hukum dan aturan – aturan Allah, dimanapun, kapanpun, dan dimanapun sampai ajal menjemput.

2.       Latar belakang diturunkannya perintah sholat

Ketika Nabi Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya berdakwah menyampaikan wahyu Allah kepada masyarakat jahiliyah, banyak mendapatkan tantangan dari mereka, diantaranya ialah penyerangan konsep, pemberian kedudukan atau materi, penyiksaan fisik, serta pengkondisian budaya, sistem ekonomi, dan norma kebebasan. Akibat dari tantangan tersebut banyak umat Islam yang ragu-ragu kembali terhadap kebenaran ajaran Islam, jiwanya resah, fisiknya menderita kesakitan bahkan kematian, yang tidak tahan terpaksa memilih kekafiran, inilah yang dinamakan masalah sosial bagi umat Islam di masa Rasul, apabila tidak ditangani secara profesional, niscaya umat Islam akan menemui kehancuran. Ditambah lagi meninggalnya paman Nabi, Ali bin Abu Tholib, sebagai pelindung nabi dari orang – orang kafir, dan tidak lama kemudian istrinya Khadijah sebagai tempat curhat dan pemberi motivasi nabi  juga meninggal. Sehingga hal ini membuat nabi semakin sedih dan terpukul, jiwanya mengalami goncangan dahsyat.

Dalam situasi seperti ini Allah memerintahkan kepada umat Islam menegakkan sholat, menyeru kepada Allah, dengan seruan teratur, sebagaimana terdapat pada pelaksanaan sholat, Insya Allah dengan sholat masalah umat Islam akan terpecahkan, mereka akan tetap memiliki kepercayaan terhadap konsep Islam, jiwanya akan tabah menghadapi berbagai tantangan dan kemenangan.

3.       Tujuan perintah sholat

Sholat diperintahkan dengan tujuan agar manusia selalu ingat kepada Allah, mengingat akan Dzat Nya, sifat – sifat Nya, kenikmatan dan kebesaran Nya, ancaman dan siksa Nya, serta ingat akan hokum – hokum dan aturan yang telah ditetapkan Allah melalui sunnatullah – sunnatullah Nya. Sebagaimana firman Allah,“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku “ ( QS. At Thahaa 14 ). Dengan mengingat Allah, manusia akan selalu ingat akan kedudukannya sebagai hamba, budak Allah, yang harus selalu melaksanakan perintah dan hokum – hokum Nya, bagaimana kebesaran Allah dan pengasih dan pemurahnya Dia kepada manusia. Sehingga mereka akan selalu termotivasi untuk beribadah kepada Allah. Ketika menghadapi persoalan, manusia akan terbantu untuk menyelesikannya, sebagaimana firmanNya, “ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar “ ( QS. Al Baqarah 153 ). Bahkan agar manusia semakin ingat, khusyuk dan menghayati kehambaannya kepada Allah, Allah menganjurkan sholat pada malam hari, “ Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji “ ( QS.Al Israa’ 79 ).

Sholat juga diperintahkan agar manusia dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan “ ( QS.Al Ankabut 45 ). Tujuan ini sangat berhubungan dengan tujuan mengingat tadi, karena ketika manusia selalu ingat kepada Allah, maka ia akan takut, malu untuk melakukan perbuatan keji dan munkar, suatu perbuatan yang tidak mencerminkan kehambaan diri kepada Allah.

4.       Unsur – unsur sholat dan potensinya

Secara umum unsur – unsur sholat terdiri dari : Pra sholat, meliputi : Dilakukan pada waktu subuh, siang, sore, akhir sore tepatnya waktu matahari terbenam dan isya; menghadap kiblat; lebih dulu membersihkan sebagian badan (wudhu); dilakukan dengan penuh kekhusukan; diawali dengan panggilan sholat (azan). Saat sholat, meliputi : Melakukan gerakan mengangkat tangan, ruku’, sujud, i'tidal, dll ; melakukan seruan diantaranya ialah memuji Allah, berikrar, berdo’a dan membaca ayat al-Qur’an.Bentuknya, meliputi : Sholat sendiri dan sholat berjamaah. Jenisnya, meliputi : Sholat harian, sholat di hari Jum’at, sholat setelah puasa Ramadhan, sholat di waktu gerhana bulan, dll.
Dari semua unsur diatas, akan dibahas beberapa unsur saja yang dirasa bisa mewakili semua, dalam membedah potensinya.

a.      Unsur Bacaan
Bacaan sholat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, kalau ditinjau maknaya terdiri dari ikrar pemujaan, pengabdian, permohonan. Agar dapat menghayati dan khusyuk dalam sholat, maka harus memahami dan menghayati tiap-tiap bacaan yang terdapat pada sholat, karena bacaan pada sholat sebenarnya merupakan pembicaraan hamba kepada Tuhan, berisi konsekuensi-konsekuensi yang harus dilakukan dalam kehidupan. Tanpa mengetahui makna bacaan sholat, dan usaha untuk mengamaliahkan, selamanya orang tersebut tidak akan khusuk sholatnya, dan jauh dari rahmatnya sholat.
Surat Al Fatihah merupakan bacaan wajib, terdiri dari pernyataan tentang kebesaran dan kemurahan Allah, pernyataan pengabdian hanya kepada Allah saja dan permohonan agar diberikan jalan lurus, seperti jalan orang-orang yang telah diberikan minat, yaitu para nabi atau siddiqin, bukan jalan orang yang dimurkai dan sesat jalan. Oleh karena itu setelah membaca surat Al Fatihah, diperintahkan membaca al-Qur’an sesuai dengan masalah yang dibutuhkan, apabila kita mendapatkan tekanan fisik, hendaknya membaca ayat-ayat al-Qur’an tentang kisah-kisah ketabahan para rasul, para nabi ketika mereka menerima siksaan, mereka demikian tabah dan sabar, atau membaca siksaan Allah yang diberikan di akherat, bila kita menghadapi pengkondisian materi atau wanita. Sebenarnya sholat merupakan sistem terapi dengan cara menyentuh kesadaran ucapan orang beriman, agar mereka melaksanakan di luar sholat.

b.      Unsur Waktu
Waktu sholat wajib ditetapkan lima kali dalam sehari yaitu subuh sampai dengan isya’. Shalat dilakukan diwaktu fajar di saat kita bangun dari tidur sebelum kita memulai pekerjaan sehari-hari. Kemudian setelah sibuk selama heberapa jam dalam sesuatu pekerjaan, kembali kita datang ke hadapan Allah pada tengah hari untuk melakukan shalat lagi. Kira-kira tiga jam kemudian, kembali kita shalat lagi di sore hari. Setelah beristirahat dan atau bekerja lagi sampai matahari terbenam, sekali lagi kita shalat kembali. Dan akhirnya, setelah bcbas dari kesibukan dunia, maka sebelum tidur, Kita menghadap ke hadirat Allah kembali untuk yang terakhir kalinya. Bila masih merasa kuat, kita mungkin menambah shalat yang terakhir ini dengan shalat Witir atau Tahajud.

c.       Unsur Menghadap Kiblat
Dalam sholat, semua umat muslim menghadap kiblat, hal ini merupakan sistem pengajaran atau sarana menciptakan kesamaan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Kesamaan dan kesatuan gerak umat Islam yang bersifat internasional, merupakan kekuatan baik ditinjau secara kuantitas dan kualitas. Kekuatan tersebut akan memberikan pemecahan sosial baik internal yang berhubungan dengan bantuan tenaga, keuangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, secara eksternal dapat membendung kediktatoran orang-orang kafir.

d.      Unsur Berjamaah
Dengan panggilan tersebut, umat Islam akan datang berbondong-bondong sholat berjama’ah. Sebelum umat Islam menjalankan sholat berjama’ah, terlebih dahulu diawali dengan panggilan sholat (adzan). Dari panggilan isinya, kita sudah dapat membaca sasaran yang sebenarnya ditegakkannya sholat, yakni mencapai kemenangan, dengan kerja kerasnya umat Islam.
Dengan panggilan tersebut, umat Islam bersama – sama menuju ke masjid untuk sholat, dengan dipimpin oleh seorang pemimpin, imam sholat. Kebersamaan dan cepatnya berkumpul dalam satu tempat, kepatuhan umat terhadap pimpinan atau imam, sesungguhnya menunjukkan betapa kuat kekuatan Islam. Kuatnya persatuan yang dimiliki oleh umat Islam, menghilangkan ikatan suku, ras, dalam satu ikatan keTuhanan.


5.       Hikmah sholat bagi kehidupan manusia
Sehingga dari keterangan diatas, mulai arti sholat dan hubungannya dengan ibadah lainnya, latar belakang dan tujuan adanya sholat, sampai unsure – unsure sholat, dapat kita ambil hikmahnya, antara lain :

a.       Mendekatkan diri dengan Allah SWT
Sholat sebagai ibadah ritual umat Islam, merupakan sarana kita mendekatkan diri kepada Allah. Karena dengan sholat, kita ingat akan dekatnya Allah kepada kita, sehingga membuat umat muslim semakin mendekatkan diri kepada Allah. “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran “ ( QS. Al Baqarah 186 ).

b.      Menjaga kesadaran dan pengendalian diri
Dengan sholat manusia akan selalu ingat kepada Allah, ingat akan dirinya sebagai hamba yang harus selalu mengabdi kepada Allah. Sehingga mereka akan sadar akan dirinya dan selalu menjaga dirinya dari hawa nafsu. “ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. “ ( At Thoha 14 )

c.       Motivasi dan terapi psikologis
Dari latar belakang turunnya perintah sholat dan unsur bacaan sholat dari takbir sampai salam maknaya terdiri dari ikrar pemujaan, pengabdian, permohonan. Ayat yang dibaca setelah Al fatihah, disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga membuat kita termotivasi. Ketika kita down, dengan sholat membuat kita ingat akan tujuan kita akan beribadah kepada Allah, hal ini membuat kita akan bangkit lagi dari keterpurukan.


d.      Memupuk rasa persamaan, persatuan dan persaudaraan
Adanya sholat berjamaah, menunjukkan kesamaan gerak dan koordinasi umat muslim dalam menjalankan aturan dan perintah Allah SWT. Hal ini membuat meningkatnya persaudaraan, persatuan dan kebersamaan umat. “ Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu], dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.  ( An Nisaa 102 )

e.      Mencegah perbuatan keji dan munkar
Dengan kesadaran akan Allah sebagai Tuhan dan manusia sebagai hamba, membuat kita selalu menjaga dan mengendalikan diri, sehingga dapat terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana firman Allah, “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar... “ ( QS.Al Ankabut 45 ).

f.        Menanamkan disiplin diri terhadap waktu
Allah memerintahkan sholat di waktu – waktu yang telah ditetapkan seperti yang sekarang dikerjakan. Hal ini membuat umat muslim terlatih akan disiplin waktu dalam menjalankan perintah, sehingga mereka terbiasa disiplin dalam kehidupan. “ Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. “ ( Huud 114 )

g.       Menolong memecahkan masalah
Dari latar belakang dan unsur-unsur sholat mengandung terapi atau pemecahan masalah sosial bagi umat Islam, pada masing-masing unsur memiliki pemecahan yang berbeda. Sholat merupakan energi yang mampu memberikan kekuatan bagi umat Islam dari kelayuan akibat hambatan orang-orang kafir. Sehingga dengan kebersamaan dan bengkitnya motivasi, membuat umat muslim dapat dorongan dalam memecahkan masalahnya.

  Referensi
1.       Abu A’la Maududi. Dasar – dasar Islam. Islamic Publication Limited: Pakistan, 1975.
2.       Al-Dihlawi, Syah Waliyullah, artikel dalam Ensyclopedia of Islam ( edisi baru ) oleh A.S. Bazmee Anshari.
3.       ‘Ali, A. Yusuf, The Holy Qur’an, 1934, 1959.
4.       Fazlur Rahman. Prophecy in Islam. London, 1958 ( rujukan kepada Al-Ghazali, Ma’arij al-Quds )
5.       Dja’far Ibnu Santa, Karnady Bolong. Islam Multi Dimensional. Yogyakarta. 1986.
6.       Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta. 1985.
7.       Husain Bahrasy. Himpunan Hadist Bukhori Muslim. Surabaya. 1980.
8.       Sulaiman Mara’i. Imam Muslim, Sholeh Muslim II. Singapura. 1979.


Hakikat Hikmah Ibadah, dan Hikmah Puasa Dalam Pengertian Islam - KokoLinds.Com

Pengertian Ibadah Dalam Islam


     Allah Swt. menciptakan manusia agar mengenal dan menyembah-Nya, menunaikan hak-hak rububiyah dan uluhiyah-Nya. Allah Swt. berfirman,


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ


     Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepada-ku. (Adz-Dzariyat:56)

     Karena itu, Islam menjadikan penghambaan (ta'abud atau ibadah) kepada Allah sebagai kewajiban pertama yang dituntut dari seorang Muslim. Rukun-rukun Islam, yang terdiri dari dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, ibadah puasa ramadhan, dan pergi haji ke Baitullah, merupakan perwujudan dari ta'abud kepada Allah Swt.

     Islam membagi ibadah menjadi beberapa bagian:

  1. Islam yang dilaksanakan oleh orang Muslim dan memerlukan aktivitas fisik, misalnya shalat dan puasa. Ibadah ini dinamakan ibadah jasadiyah.
  2. Ibadah yang dilaksanakan dengan mengeluarkan sebagaian hartanya, misalnya zakat dan sedekah, dinamakan ibadah maliyah.
  3. Ibadah yang memerlukan harta dan kekuatan fisik, misalnya haji dan umroh.
  4. Ibadah ibadah yang tampak bentuk pelaksanaannya, misalnya shalat, zakat, dan haji.
  5. Ibadah ibadah yang bentuknya pengendalian dan penahanan diri, contohnya puasa.

     Sehubungan dengan pengendalian dan penahanan diri dalam kaitan ini bukan dalam konteks yang negatif, maka yang menjadikannya bernilai ibadah adalah jika seorang Muslim melakukannya bernilai ibadah adalah jika seorang Muslim melakukannya dengan kemauan dan pilihannya sendiri, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan demikian, ini termasuk aktivitas fisik (amal badaniy), aktifvitas jiwa (amal nafsiy), dan aktivitas positif (amal ijabiy), yang memiliki bobotnya sendiri dalam timbangan kebenaran.


Makna Puasa Menurut Syara'


     Puasa yang diperintahkan, yang dituangkan nashnya dalam Al-Qur'an dan sunah, berarti meninggalkan dan menahan diri. Dengan kata lain menahan dan mencegah diri dari memenuhi hal- hal yang boleh, meliputi keinginan perut dan keinginan kelamin, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt.

     Inilah makna dari puasa secara syar'i itu: menahan dan mencegah diri secara sadar dari makan, minum, orang bersetubuh dengan perempuan dan hal-hal semisalnya, selama sehari penuh. Yakni dari kemunculan fajar hingga terbenamnya matahari, dengan niat memenuhi perintah dan taqarub kepada Allah Swt.

     Dalil yang menunjukkan bahwa puasa yang syar'i adalah menahan diri dari dua nafsu syahwat sebagaimana disebutkan di depan, adalah firman Allah.,


أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّـهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْـٰٔنَ بٰشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ اللَّـهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَاشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ الصِّيَامَ إِلَى الَّيْلِ


     Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. (Al-Baqarah:187)

     Ayat ini menjelaskan hakikat puasa yang diperintahkan ayat sebelumnya, yakni suami dan istri dimalam bulan Ramadhan. Ini didasarkan pada kalimat,


هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ


     Mereka itu adalah pakaian bagi kalian dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka...

     Sebagaimana juga memperbolehkan makan dan minum sepanjang malam hingga terbit fajar, kemudian memerintahkan menyempurnakan puasa hingga malam, yaitu hingga terbenamnya matahari. Keterangan di atas diperkuat dari beberapa kumpulan hadis Qudsi, salah satu hadits Qudsi yang sahih, bahwa Allah Swt. berfirman,


كُلُّ عَمَلِ َاْبنِ آدَمَ لَهُ الصَوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ ، يَدْعُ طَعَامَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِيْ


     Semua amal anak Adam untuknya, kecuali puasa. Ia untuk-ku dan Aku yang akan memberinya pahala. Anak Adam meninggalkan makan dan syahwatnya karena-Ku. (HR. Bukhari dan Muslim)

     Dalam riwayat lain dikatakan,


يَدْعُ طَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ وَيَدْعُ شَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ وَيَدْعُ شَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِيْ وَيَدْعُ زَوْجَتَهُ مِنْ أَجْلِيْ


     Dia meninggalkan makanannya karena-Ku, meninggalkan minumannya karena-Ku, meninggalkan syahwatnya karena-Ku, dan meninggalkan istrinya karena-Ku. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab Sahih-nya)

     Tampaknya, makna puasa semisal ini telah dikenal oelh bangsa Arab sebelum islam. Banyak hadits shahih yang menerangkan bahwa mereka sudah biasa melaksanakan puasa asyura di zaman jahiliah untuk menghormati hari itu. Karena itu mereka diperintahkan Nabi Saw. untuk mengerjakan puasa asyura, kemudian diperintahkan berpuasa bulan Ramadhan sebagaimana perintah Allah Swt.,


كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ


     ... Telah diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan) ... (Al-Baqarah:183)

     Mereka paham maksud ayat ini dan segera melaksanakannya.

     Tatkala beberap orang Arab Badui bertanya kepada Nabi Saw. tentang Islam, beliau menyebut shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Mereka tidak bertanya perihal puasa karena sudah merea pahami, namun mereka bertanya. "Apakah ada yang lain?"

     Inilah puasa Islam itu, yang merupakan seutama-utamanya puasa yang dikenal manusia. Sebagian penganut agama tertentu berpuasa dengan tidak menyantap makhluk yang bernyawa, namun melahap semua jenis makanan dan minuman yang lezat, selain bahwa mereka tidak berpuasa dari nafsu seksual.

     Sebagian yang lain berpuasa berhari-hari secara terus-menerus, sehingga fisik dan jiwanya merasakan beban berat, hingga tidak ada yang dapat melakukan kecuali orang-orang tertentu.

     Adapun puasa yang diwajibkan Islam, bisa ditunaikan oleh semua kaum Muslimin, yang awam maupun kelompok tertentu.


Hikmah Puasa


     Islam tidak mensyariatkan sesuatu selain pasti mengandung hikmah; ada yang diketahui, ada pula yang tidak. Demikian juga, perbuatan-perbuatan Allah tidak lepas dari berbagai hikmah yang terkandung dalam ciptaan-Nya, hukum-hukum-Nya pun tidak lepas dari lautan hikmah. Dia Mahabijaksana dalam penciptaan-Nya, Mahabijaksana dalam perintah-Nya, tidak pernah menciptakan sesuatu yang batil, dan tidak pernah mensyariatkan suatu hukum yang sia-sia.

     Ini semua terkandung dalam aspek-aspek ibadah dan muamalah secara keseluruhan, juga terkandung dalam hal-hal yang diwajibkan dan hal-hal yang diharamkan.

     Sesungguhnya Allah Swt. tidak berhajat kepada apapun, namun hamba-hamba-Nyalah yang menghajatkan-Nya. Dia tidak mendapatkan manfaat dari ketaatan hamba-hamba-Nya sedikitpun, tidak juga mendapatkan mudarat dari pembangkangan mereka. Hikmah dari ketaatan akan kembali kepada orang-orang mukalaf itu sendiri.

     Dalam ibadah puasa ramadhan dan hikmahnya terdapat sejumlah mashlahat, sebagaimana telah diisyaratkan oleh nash-nash syariat itu sendiri.

Diantaranya adalah:

  1. Tazkiyah an-nafs (pembersihan jiwa), dengan mematuhi perintah-perintah-Nya, menjahui segala larangan-Nya, dan melatih diri untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah semata, meskipun itu dilakukan dengan dengan menahan diri dari hal-hal yang menyenangkan dan membebaskan diri dari hal-hal yang lekat sebagai kebiasaan. Kalau saja mau, ia bisa saja makan, minum, bersetubuh dengan istrinya, dan tiada seorang pun yang mengetahui. Akan tetapi ia meninggalkan semua itu semata-mata karena Allah Swt. Tentang ini, Rasulullah Saw. berkata,

    وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ، لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللّٰهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ ، يَتْرُكُ طَعَمَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِيْ . كُلُّ عَمَلِ ِابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ

         Demi Dzat yang diriku ada ditangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. Dia tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan dengan istrinya karena-Ku. Tiap-tiap amal bani Adam baginya, kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberinya pahala. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Al-Lu'lu wal Marjan, hal.706)
  2. Beberapa manfaat puasa, disamping menyehatkan badan sebagaimana dinyatakan oleh para dokter spesialis bisa jua mengangkat aspek kejiwaan mengungguli aspek materi dalam diri manusia. Manusia, sebagaimana sering dipersepsi banyak orang, memiliki tabiat ganda. Ada unsur tanah, ada pula unsur ruh Ilahi yang ditiupkan Allah padanya. Satu unsur menyeret manusia ke bawah, unsur yang lain mengangkatnya ke atas.

    Jika unsur tanah dominan, ia akan turun ke derajat binatang atau bahkan lebih rendah daripadanya. Sebaliknya, apabila ruh Ilahi yang menguasai, ia akan melambung tinggi kederajat malaikat. Dalam puasa terdapat kemenangan ruh Ilahi atas materi, akal pikiran atas nafsu syahwat.

    Inilah barangkali rahasia kebahagiaan sehari-hari yang dirasakan oleh orang yang berpuasa setiap mendapati puasanya sempurna hingga waktu berbuka puasa, sebagaimana disabdakan Nabi Saw. dalam sebuah haditsnya,

    لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا ، إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ِبِفِطْرِهِ وَإِذَا رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِه

         Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan: ketika berbuka ia berbahagia dengan berbukanya itu, ketika bertemu dengan Tuhan-nya, ia berbahagia dengan puasanya itu. (Bukhari dan Muslim, lihat Al-Lu'Lu wal Marjan, hal.707)
  3. Terbukti bahwa puasa merupakan tarbiah bagi iradah (kemauan), jihad bagi jiwa, pembiasaan kesabaran, dan "pemberontakan" kepada hal-hal yang telah lekat mentradisi. Adakah manusia kecuali pasti memiliki kemauan? Adakah kebaikan selain pasti mengandung kemauan? Adakah agama selain kesabaran untuk taat atau kesabaran menghadapi maksiat? Puasa mewakili dua kesabaran itu.

    Karenanya tidak mengherankan ketika Rasulullah Saw. menamakan bulan Ramadhan sebagaisyahr ash-shabr (bulan kesabaran). Sebuah hadits berkata,

    صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةُ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، يُذْهِبْنَ وَحْرَ الصَّدْرِ

         Puasa bulan kesabaran dan tiga hari dalam setiap bulan dapat melenyapkan kedengkian dalam dada. (HR. Bazzar dari Ali dan Ibnu Abbas, dan Thabrani dan Baghawy dari Namr bin Tulab. Lihat Al-Jami' Ash-Shagir 3804)

    Sebagaimana halnya Nabi Saw. menganggap الصِّيَامُ جُنَّةٌ  puasa sebagai junnah ("perisai" - Hadits ini diriwayatkan melalui banyak sanad dari sejumlah sahabat, di antaranya dari Abu Hurairah dalam Bukhari dan Muslim.) untuk melindungi diri dari dosa ketika di dunia, dan untuk menyelamatkan diri dari api neraka di akhirat. Rasulullah Saw. bersabda,

    الصِّيَامُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ

         Puasa adalah perisai dari api neraka, seperti perisainya salah seorang kalian dalam peperangan. (HR.Ahmad, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hiban, dan Ibnu Khuzaimah dari Utsman bin Abil Ash, sahih Al-Jami' Ash-Shaghir 3879)

    Dalam riwayat lain beliau Saw. bersabda,

    الصِّيَامُ جُنَّةٌ وَهُوَ حِصْنٌ مِنْ حُصُونِ الْمُؤْمِنِ

         Puasa adalah perisai. Ia adalah benteng dari sekian banyak benteng orang Mukmin. (HR. Thabrani dari Abi Umamah, derajatnya hasan sahih. Al-Jami' Ash-Shaghir A/3881)
  4. Sudah sama-sama dipahami bahwa nafsu seksual adalah senjata yang paling ampuh untuk menundukkan manusia, sehingga sejumlah aliran psikologi menganggap bahwa ia adalah penggerak utama semua perilaku manusia.

    Siapapun yang mengamati medan peradaban Barat sekarang ini, dengan berbagai bentuk dekadensi moral dan mewabahnya berbagai penyakit, mendapatkan pelajaran bahwa penyelewengan naluri ini mengakibatkan lahirnya berbagai kondisi yang menjadi refleksinya.

    Puasa berpengaruh menahan nafsu syahwat dan mengangkat tinggi-tinggi nalurinya, khususnya jika terus menerus melakukan puasa dengan mengharap pahala Allah Swt. Karena itu, Rasulullah Saw. memerintahkan puasa kepada pemuda yang belum mampu menikah, hingga Allah melimpahkan karunia-Nya kepadanya. Beliau Saw. bersabda,

    يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

         Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian telah mampu maka nikahlah. Sesungguhnya ia lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Sedangkan barangsiapa tidak mampu maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu "pengebirian" baginya. (Bukhari dari Ibnu Mas'ud dalam kitab Shaum dan Lainnya, Muslim 1400)

    Maksudnya, hikmah ibadah puasa dapat menurunkan dorongan nafsu syahwat kepada lawan jenis.
  5. Diantara sekian banyak hikmah-hikmah puasa adalah menajamkan perasaan terhadap nikmat Allah Swt. kepadanya. Akrabnya nikmat bisa membuat orang kehilangan perasaan terhadap nilainya. Ia tidak mengetahui kadar kenikmatan, kecuali jika sudah tidak ada di tangannya. Dengan hilangnya nikmat, berbagai hal dengan mudah dibedakan.

    Seseorang dapat merasakan nikmatnya kenyang dan nikmatnya pemenuhan dahaga jika ia lapar atau kehausan. Jika ia merasa kenyang setelah lapar, atau hilang dahaga setelah kehausan, akan keluar dari relung  hatinya ucapan alhamdulillah. Hal itu mendorongnya untukmensyukuri nikmat-nikmat Allah kepadanya. Inilah yang diisyaratkan oleh hadits riwayat Ahmad dan Tirmidzi, yang Nabi Saw. bersabda,

    عَرَضَ عَلَيَّ رَبِّيْ لِيَجْعَلَ لِيْ بَطْحَاءَ مَكَّةَ ذَهَبًا ، فَقُلْتُ : لَايَارَبَّ ، وَلَكِنِّيْ أَشْبَعُ يَوْمًا وَأَجُوْعُ يَوْمًا ، فَإِذَا جُعْتُ تضَرَّعْتُ إِلَيْكَ وَذَكَرْتُكَ وَإِذَا شَبِعْتُ وَشَكَرْتُكَ

         Tuhanku pernah menawariku untuk menjadikan kerikil di Makkah emas. Aku menjawab, "Tidak, wahai tuhanku. Akan tetapi aku kenyang sehari dan lapar sehari. Apabila aku lapar, aku merendah sembari berzikir kepada-Mu, dan apabila aku kenyang, aku memuji-Mu dan bersyukur kepadamu-Mu. (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dari Abi Umamah.)
  6. Selain itu, puasa juga mempunyai hikmah ijtima'iyah (hikmah sosial), Puasa ini dengan memaksa orang untuk lapar, sekalipun mereka bisa kenyang memiliki sejenis persamaan umum yang dipaksakan, menanamkan dalam diri orang-orang yang mampu agar berempati terhadap derita orang-orang fakir miskin. Atau sebagaimana yang dikatan oleh Ibnul Qayim, "Ia dapat mengingatkan mereka akan kondisi laparnya orang-orang miskin."

    Al-Allamah Ibnu Hammam berkata, "Tatkala ia merasakan pedihnya lapar pada sebagian waktunya, ia akan teringat perasaan ini diseluruh waktunya, lalu timbullah padanya rasa kasihan." (Fath Al-Qadir 2/42)

    Pada bulan Ramadhan ini terdapat peringatan praktis selama sebulan penuh, yang mengajak kepada sikap kasih sayang, persamaan, dan lemah lembut, antara satu individu dengan yang lain. Karena itu, dalam beberapa riwayat, Ramadhan disebut sebagai شَهْرُ الْمُوَاسَاةِ  syahr al-muwasah "bulan solidaritas" (Dari salman dalam Sahih Ibnu Khuzaimah, dalam sanadnya ada seorang rawi yang bernama Ali bin Zaid bin Ja'an.) dan Nabi Saw. lebih pemurah dalam memberikan kebaikan dibanding angin yang bertiup (sebagaimana disebutkan dalam riwayat Bukhari dan Muslim).

    Atas dasar itu, maka salah satu amal yang paling utama pahalanya adalah memberi makan untuk berbuka puasa. Nabi Saw. bersabda,

    مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

         Barangsiapa memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, ia mendapat pahala seperti pahalanya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu. (Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hiban dalam Sahih-nya dari Zaid bin Khalid. Lihat Sahih Al-Jami' Ash-Shaghir 6415)
  7. Gabungan dari semua itu, adalah bahwa puasa dapat mempersiapkan orang menuju derajat takwa dan naik ke kedudukan orang-orang mutaqin. Ibnul Qayim berkata, "Puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam memelihara fisik, memelihara kekuatan batin, dan mencegah bercampuraduknya berbagai bahan makanan yang merusak kesehatan. Puasa memelihara kesehatan hati dan anggota badan, serta mengembalikan lagi hal-hal yang telah dirampas oleh tangan-tangan nafsu syahwat. Ia adalah sebesar-besar pertolongan untuk membangn takwa, sebagaimana firman Allah Swt.,

    يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

         Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian puasa, sebagaimana yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Al-Baqarah:183)

    Adalah benar bahwa puasa Ramadhan merupakan madrasah mutamayizah (sekolah istemewa) yang dibuka oleh Islam setiap tahun  untuk proses pendidikan  praktis menanamkan seagung-agung nilai dan setinggi-tinggi hakikat. Barang siapa memasukinya, menjalin hubngan dengan tuhannya disana, mengerjakan puasa yang baik sebagaimana yang disyariatkan Rasulullah Saw. ia telah berhasil menempuh ujian dan keluar dari musim ujian ini dengan mendapatkan keuntungan yang besar dan penuh berkah. Keuntungan apalagi yang lebih besar daripada menerima ampunan dan diselamatkan dari api neraka?

    Abu Hurairah r.a meriwayatkan dari Rasulullah Saw., beliau bersabda,

    مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

         Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu... Barang-siapa menegakkan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)


Sumber :

Fiqih Puasa dan Hikmah Puasa

Fiqih Puasa dan Hikmah Puasa
Penyusun Dr. Yusuf Qardhawi
Keywords : Hikmah Puasa - Puasa Ramadhan - Buka Puasa - Doa Puasa - Niat Puasa - Berbuka Puasa - Manfaat Puasa - Hamil Puasa - Jadwal Puasa


Description: Hikmah Puasa Dalam Pengertian Ibadah Islam Rating:5 Reviewer: Yusuf Qardhawi - ItemReviewed: Hikmah Puasa Dalam Pengertian Ibadah Islam 

Artikel TerPavorit

Motivasi Hidup KokoLinds.Com

Keinginan dan kemauan dapat menarik kesempatan,
tapi,....
Kekawatiran hanya akan memancing kegagalan hidup....

Mari Menebar sedekah,
Maka, Kita akan menuai kemakmuran Hidup dalam kebersamaan umat...

Tulis Kisahmu...
Hidup Terlalu singkat bila kita hanya melihat dan mendengar kisah orang lain,
Gerakan tanganmu, mari kita ubah dunia kita....

Dunia Boleh Berputar,
Orang lain Boleh lebih pintar,
tapi hati tak akan gentar menghadapi siapapun yang lebih pintar...

Yakinlah, Kita Pasti Biza, pasti sanggup, dan kita harus Sukses Dunia Akhirat..
Salam Sukses, Luar Biaza